Love U, HONEY*** |
Seperti
menyelam lautan, kepribadian adalah sebuah teka-teki kehidupan yang membutuhkan
waktu panjang. Siapa aku? Apa hobiku?Apa makanan kesukaanku? Dan sederet pertanyaan
yang memastikan kita akan tahu siapa diri kita yang sebenarnya. Seperti halnya
dengan kata orang bijak “Siapa mengenal dirinya, berarti ia mengenal Tuhannya
pula”.
Aku baru
saja mengenali diriku yang sebenarnya, ketika usiaku berkepala dua. Sebuah
angka yang menuntut kebebasan dan
kedewasaan bertindak. Segala tindakan harus dipertanggungjawabkan bukan hanya kepada
sesama manusia, diri sendiri tetapi pada pencipta diriku sendiri. Melakukan
kesalahan dan memperbaikinya kembali, salah lagi dan perbaiki lagi.
Menggambarkan sosok diri secara jujur kadang hanya membawaku pada penilaian
subjektif keterbatasan diri. Namun dari hasil interaksiku dengan lingkungan,
telah ku dapatkan teman dengan dengan sederet kata sifat yang berbeda
seperti introvert, aneh dan penyayang
bahkan unik, lucu dan gokil abis tersemat padaku. Diri ini seperti cermin tiga
dimensi yang bisa dilihat dari mana saja dan akan terlihat berbeda pada siapa
yang menilai. Tinggiku mencapai 159 cm dengan berat badan yang terkadang selalu
berubah terkisar 42kg-45kg lah….
Tak ada
sesuatu yang membuatku fanatic. Semua dalam kadar biasa-biasa saja. Seperti
warna misalnya, ngomongin tentang warna. Semua warna bagiku sama, kesemua dari
itu ku menyukainya tanpa terkecuali. Masak, tidur, nonton, jalan-jalan kemana
saja adalah caraku refresing ketika pikiran penat sedang melanda diriku.
Menjadi anak tertua dalam keluarga dengan dua orang adik yang bandel. Secara
batin menuntutku untuk harus mempersembahkan yang terbaik atau lebih tepatnya “Teladan”
buat mereka. Kadangkala, kedewasaan itu harus kupaksakan walau memang
kedewasaan itu pada hakikatnya tak akan pernah bisa dimiliki oleh seorang
manusia dengan sempurna.
Bersyukur
di karuniai orangtua yang begitu sangat peduli dan sayangnya kepadaku. Sosok
orangtua yang begitu demokratis serta membuatku tidak sulit dalam menyuarakan
sebuah aspirasi. ANDI SALAHUDDIN yang
dipersembahkan TUHAN untuk menjadi seorang Ayah bagiku, dsabar tak pernah
marah. apalagi yah….?(Maafkan aku ayah,aku tak terlalu mengenal sosok dirimu
karna adanya jarak memisahkan kita sejak saya berumur 13 Tahun hingga sekarang).
Ada seorang perempuan bagaikan malaikat kecil
yang diturunkan dari langit oleh TUHAN untuk menjadi seorang Ibu bagiku. Jika ditanya
siapa yang paling sering melarang segala tindakan aku waktu kecil?jawabannya adalah
Ibuku, siapa yang paling membatasi ruang gerak-gerik waktu aku masih kecil, jawabannya
adalah Ibuku. Siapa yang paling sering dalam sehari marah- marah, bawel? Yang selalu
memberi cubitan, menghukum. Jika aku bolos
sekolah, tidak mengerjakan pekerjaan rumah ”PR” atau tugas sekolah. Jawabannya
tak lain dan tak bukan adalah Ibu ANDI ROSNAWATI. Bapak Salahuddin kaki kananku
dan Ibu Ros kaki kiriku. Keduanya merupakan kesatuan dari badanku yang tak
terpisahkan.
Itulah
mengapa Makassar menjadi pilihan dalam merajut mimpi-mimpiku dan sekarang, aku
sedang asik-asiknya menikmati aktivitasku sebagai mahasiswa di Universitas
Fajar Makassar dengan mendalami bidang Komunikasi Jurnalistik semester akhir. Punya banyak
cita-cita membuatku semangat melangkah dan ku biarkan sang penentulah yang akan
menghapus satu persatu mimpiku yang tak
sesuai. Namun, yang jelas Aku ANDI MINARNI EKA WAHYUNI ditetapkan kelahiranku
oleh Sang Khalik pada tanggal 07 oktober 1989 bertempat di sebuah desa dengan
kota kecil yang dikenal sebagai kota sutera yaitu SENGKANG.
Disaat aku sedang
asik-asiknya dengan semua aktivitas yang kujalani, ntah episode yang keberapa
dalam hidupku TUHAN mempertemukanku dengan seseorang, tentunya adalah Laki-laki.
Lelaki kurus dengan tinggi 163cm, cuek, berperawakan apa adanya. Kesehariannya dipanggil Vian, sedangkan dari panggilan saya untuknya yaitu Honey. berbicara tentang Honey, honey bukanlah sebuah nama, pangkat, jabatan, pekerjaan dan sebagainya melainkan dalam bahasa inggris honey artinya madu. tapi kesemua itu, bukan salahsatu inspirasi saya untuk memanggilnya honey. secara tidak langsung, panggilan honey keluar begitu saja, ntah kapan itu. lagipula, jika dikaitkan dengan arti sesungguhnya honey yakni madu. lumayan bagus juga, karna si dia rasanya emang seperti madu (manis oiii...jika sudah mandi^). jika kebanyakan pasangan muda-mudi mempunyai kata tersendiri untuk pasangannya. kata honey inilah yang merupakan kata tersendiri buat hubungan kami, bukan beb, sayang, cinta dan seabrek kata-kata panggilan untuk pasangan. alhamdulillah yah, hingga sekarang hubungan kami bisa dipertahankan. semoga, hubungan ini tetap bertahan hingga maut memisahkan kami berdua aj...
masih selalu teringat, moment-moment hubungan kami mulai terjalin. 1 taon enam bulan yang lalu, tepatnya hari kamis tanggal 20-10-2010 pukul 20.10 wita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar